A. Manusia : Eksistensi Berfikir
Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan
yang paling sempurna, karena dalam keberadaannya manusia memiliki potensi akal
untuk berfikir, memahami, menghayati suatu objek. Pada gilirannya manusia
dengan eksistensi dirinya secara potensial untuk memperoleh dan mengembangkan
pengetahuan. Dengan menggunakan akal, manusia dapat berfikir berfilsafat,
merenungkan, mengamati, dan meneliti. Kegiatan akal sebagaimana disebutkan,
menjadi cirri khas sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna di antara
makhluk lain yang diciptakan Allah.
Menurut Kafie (1989:13) akal adalah
potensi rohaniah yang memiliki berbagai kesanggupan, seperti; kemampuan
berfikir, menyadari, menghayati, mengerti dan memahami. Jadi, pemikiran,
kesadaran, penghayatan, pengertian, atau pemahaman semuanya merupakan istilah
yang berarti bahwa kegiatan akal itu berpusat atau bersumber dari kesanggupan
jiwa yang disebut inteligensi (sifat kecerdasan jiwa).
Dijelaskan Kafie (1989) berfikir adalah
proses nalar, menyusun ketahuan-ketahuan yang ada menuju suatu kesimpulan yang
benar (berfikir logis). Berfikir merupakan kegiatan yang melekat pada
eksistensi manusia. Berfikir menjadi aktivitas manusia yang hidup dalam
menyadari eksistensinya. Paling dilihat dari sifat-sifatnya, kegiatan berfikir dikelompok
kepada beberapa hal, yaitu:
1. Berfikir
Biasa
Berfikir biasa
adalah bergaul dengan pengalaman-pengalaman indrawiah untuk membentuk
pengetahuan. Berfikir biasa disebut juga berfikir kongkrit atau berfikir
sederhana. Kegiatan berfikir yang dilakukan berkenaan dengan semua pengalaman
indrawi yang disimpan dalam kawasan tahu seseorang tentang sesuatu objek dalam
dirinya dan lingkungannya. Proses berfikir biasa berlangsung pada diri setiap
orang yang sadar akan diri dan lingkungannya berlangsung setiap saat, kecuali
dalam keadaan tidur, mabuk, dan gila.
2. Berfikir
Logis
Tugas
utama logika adalah member aturan-aturan, hukum-hukum dan kaidah-kaidah serta
penjelasan bagaimana seharusnya manusia
berfikir tepat dan benar. Tegasnya, berfikir logis adalah suatu teknik
penalaran untuk dapat menarik kesimpulan yang sah/benar. Salah satu perspektif
Islam tentang keharusan manusia berfikir logis ditegaskan Allah dalam surat
Al-Baqarah ayat 164.
3. Berfikir
Filsafati
Satu-satunya
alat yang digunakan oleh para filosof dalam kegiatan berfilsafatnya adalah
akal. Karena dengan akal sendiri merupakan suatu unsur dari rohaniah manusia.
Tidak mungkin keseluruhan dimengerti sebagian saja. Apakah dengan intuisi saja
keyakinan dapat dicapai? Jawabannya sama, bahkan terdapat banyak kesulitan
dengan intuisi. Maka jelaslah bahwa filsafat bukan satu-satunya alat untuk
mencapai kebenaran hakiki, karena kebenaran hakiki bisa dicapai dengan
keseluruhan rohaniah manusia, yaitu akal pikirannya, perasaan, intuisi, naluri,
pendek kata seluruh kedirian manusiawinya seorang anak manusia menuju
kebermaknaan hidup yang memungkinkan dicapai seseorang dibandingkan dengan
makhluk lain ciptaan Tuhan di ala mini sampai akhir zaman.
4. Berfikir
Ilmiah
Kegiatan
berfikir adalah kegiatan akal budi yang berada dalam tataran ilmiah, yaitu
dengan menggunakan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan yang umum. Suatu pernyataan
dikatakan benar bila didasarkan kenyataan-kenyataan yang sudah pasti. Karena
itu, kepastian sebagai syarat bagi suatu penyelidikan untuk disebut ilmiah.
Suatu
prosesberfikir dikatakan ilmiah apabila dilakukan secara sistematis, metodis
dan objektif dalam rangka mencari kebenaran dalam ilmu pengetahuan. Dalam
Al-Qur`an dijelaskan Allah dalam surat Ar-Rum ayat 8.
5. Berfikir
Theologis
Salah
satu tiang ajaran Islam yang penting adalah penghargaan terhadap akal manusia
seta melindunginya terhadap kemungkinan tindakan orang yang mau mengabaikan
nikmat Allah yang tak ternilai ini. Islam menempatkan akal pada posisi yang
terhormat dan menjadikan akal sebagai alat untuk meyakini adanya Tuhan,
eksistensi Allah. Karena iti, kehadiran Islam yang memuliakan manusia, telah
memobilisasi terhadap akal dengan membuka sera menggerakkan akal pada tempat
yang wajar dari semestinya dalam kehidupan rohaniah dan jasmaniah manusia.
Dengan
demikian, berfikir theologies adalah suatu corak berfikir qur`ani yang betujuan
untuk mencapai suatu keyakinan bahwa Allah adalah wujud al-Haq. Maka dorongan
Islam terhadap manusia untuk menggunakan akal sehat dan pikiran logis itu
sebagai sarana mencapai kebenaran merupakan sesuatu yang tak terbantahkan.
B.
Fungsi
Akal Bagi Manusia
Akal
adalah potensi rohaniah yang memiliki berbagai kesanggupan, seperti kemampuan
berfikir, kemampuan menyadari, menghayati, mengerti dan memahami. Jadi pemikiran,
kesadaran, penghayatan, pengertian, atau pemahaman, semuanya merupakan istilah
yang berarti bahwa kegiatan akal itu berpusat pada sumber dari kesanggupan jiwa
yang disebut dengan inteligensi (sifat kecerdasan jiwa).
Kedudukan
akal sangat penting dalam Islam, karena ia adalah kunci untuk memahami ajaran
Islam. Orang tidak akan dapat memahami ajaran Islam secara baik dan benar tanpa
mempergunakan akalnya. Agama Islam hanya dapat dipahami dan dimengerti dengan
mempergunakan akal. Akal adalah ciptaan Allah dan diberikan kepada manusia agar
manusia dapat melaksanakan fungsi dan tugasnya sebagai khalifah Ilahi pengatur
hidup dan kehidupan di dunia ini. Kesejahteraan manusia di dunia ini hanya
dapat terwujud kalau dan karena manusia mempergunakan akalnya. Hidup dam
kehidupan dapat dipelihara jika manusia mempergunakan akalnya.
C.
Kreativitas
Manusia
Dalam
perkembangan ilmu selalu ada ciri perubahan yang juga memiliki komponen sosial,
yaitu penerimaan paradigma baru oleh masyarakat ilmiah tertentu. Perkembangan
ilmu selama berabad-abad juga ditandai oleh cara-cara analisis dan partisipasi
pengamatan terhadap terjadinya perubahan itu. Pengkajian terhadap ide, teori,
sistem atau paradigma baru sebagai titik tolak, dan penjajagan terhadap cara penyajiannya
serta diseminasinya, menggambarkan fase-fase yang kemudian diterima oleh
masyarakat ilmiah.
Berkat
peranan ciri kreativitas manusia dalam melahirkan gagasan inovatif melalui
berfikir, maka muncullah pengetahuan dan temuan baru melalui proses observasi
biasa dan kegiatan mengandung dimensi ilmiah.
D.
Strategi
Kebudayaan
Strategi
kebudayaan lebih luas dari hanya sekedar suatu kebijakan tertentu mengenai kebudayaan.
Masalah-masalah lebih luas jangkauannya, sperti misalnya; bagaimana manusia
dapat memberikan jawaban tepat mengenai pertanyaan-pertanyaan besar yang
menjangkau tujuan hidupnya. Makna kehidupan dan norma-norma yang mengatur
kontar antarmanusia, perkembangan masyarakat secara cepat. Bagaimana manusia
dapat dan harus menilai segala bawaan alam, seperti misalnya naluri untuk
mempertahankan diri, seksualitas, sakaratul maut, suka dan duka. Semua itu
bukanlah sesuatu yang dengan begitu saja, dapat kita rumuskan atau mengerti
secara cepat.
izin copy ya, utk tugas awak filsafat :-)
ReplyDelete(risda.pbi4)