Ilmu
Rijal Al-Hadist
Munzier suparta
(2006:30) menyatakan Ilmu Rijal Al-Hadist adalah ilmu untuk mengetahui para
perawi haidst dalam kapasitasnya sebagai
perawi hadist.
Muhammad Ahmad dan M.
Mudzakir (1998:57) Ilmu Rijal Al-Hadist adalah ilmu yang membahas tentang para
perawi hadist, baik dari sahabat, tabi’in, maupun dari angkatan sesudahnya.
Sedangkan muhadditsin,
sebagaimana dikutip dalam buku Endang Soetari (1994:233) mentarifkan Ilmu Rijal
Al-Hadist meliputi Ilmu Thabaqah dan Ilmu Tarikh Ar-Ruwah. Ilmu Thabaqah adalah
ilmu yang membahas tentang kelompok orang orang yang berserikat dalam satu alat
pengikat yang sama. Sedangkan Ilmu Tarikh Ar-Ruwah adalah ilmu yang membahas
tentang biografi para perawi hadist. Adapun materi dari ilmu ini adalah :
a) Konsep tentang rawi dan thabaqah
b) Rincian thabaqah rawi
c) Biografi yang telah terbagi pada tiap
thabaqah
Dari berbagai definisi
diatas, pada dasarnya Ilmu Rijal Al-Hadist adalah ilmu yang membahas tentang
para perawi hadist dalam memelihara dan menyampaikannya kepada orang lain
dengan menyebutkan sumber-sumber pemberitaannya.
Kedudukan ilmu ini
sangat penting dalam lapangan ilmu hadist, karena, sebagaimana diketahui bahwa
objek kajian hadist, pada dasarnya ada dua hal yaitu matan dan sanad. Munzier
Suparta (2006:30) menyatakan Ilmu Rijal Al-Hadist ini lahir bersama sama dengan
periwayatan hadist dalam islam dan mengambil posisi khusus untuk mempelajari
persolan-persoalan disekitar sanad.
Dengan ilmu ini kita
dapat mengetahui keadaan para perawi yang menerima hadist dari Rasullah SAW,
dan keadaan para perawi yang menerima hadist dari para sahabat dan seterusnya.
Dan dengan ilmu ini kita juga dapat mengetahui sejarah ringkas para perawi
hadist, mazhab yang dipegang oleh para perawi, dan keadaan para perawi dalam
menerima hadist.
Kitab kitab yang
disusun dalam ilmu ini beraneka ragam. Seperti halnya dikutip dalam buku
Muhammad Ahmad dan M. Mudzakir (1998:58) ada yang hanya menerangkan riwayat-riwayat ringkas para sahabat saja. Ada yang
menerangkan riwayat-riwayat umum para perawi. Ada yang menerangkan para perawi
yang dipercaya saja. Ada yang menerangkan riwayat para perawi yang lemah-lemah,
atau para mudalis, atau para pemuat hadist maudu. Dan ada yang menerangkan
sebab sebab dianggap cacat dan sebab sebab dipandang adil dengan menyebut kata
kata yang dipahami untuk itu serta martabat perkataan. Seperti pada abad ke
tujuh hijrah Izzudin Ibnu Atsir (630 H) mengumpulkan kitab-kitab yang telah
disusun sebelum masanya dalam sebuah kitab besar yang bernama Usdul Gabah. Pada
abad kesembilan hijrah, Al Hafidh Ibnu Hajar Al Asqolani menyusun kitabnya yang
terkenal denagn nama Al Ishabah. Dalam kitab ini dikumpulkan al istiah dengan
usdul gabah dan ditambah dengan yang tidak trdapat dalam kitab kitab tersebut.
Kemudian kitab ini diringkas oleh As Suyuti dalam kitab Ainul Ishobah. Al
bukhori dan Imam Muslim juga telah menulis kitab yang menerangkan nama-nama
sahabat yang hanya meriwayatkan suatu hadist saja yang bernama Wuzdan.
No comments:
Post a Comment